Total Pageviews

24.6.11

Everlasting :D

Sahabat Baru


Keesokkan harinya, di sekolah, murid-murid ribut membicarakan tentang murid baru yang akan datang. Mereka semua penasaran seperti apa anak baru tersebut. Yang perempuan sibuk bergosip tentang anak baru tersebut yang kabarnya adalah cowok. Begitu juga dengan Lissy dan Danny.

"Eh, menurut lo, anak barunya cakep nggak ya?" tanya Lissy. Danny menoleh. "Mana gue tau. Gue aja belom pernah ngeliat. Udah tunggu aja nanti," jawab Danny. "Ahh.. Tapi gue penasaran aja gitu. Katanya dia anak photographer terkenal loh!" kata Lissy antusias. "Oh ya?" tanya Danny agak malas menanggapinya. "Iya! Ah udahlah. Bentar lagi juga bel. Jadi, kita bisa ngeliat orangnya kayak gimana," kata Lissy.

Bel pun berbunyi. Murid-murid masuk ke kelas masing-masing. Guru-guru mulai keluar dari ruang guru dan masuk ke kelas yang akan mereka ajar.

Tapi, kali ini berbeda. Di kelas Danny dan Lissy, guru yang seharusnya mengajar belum datang juga. Murid-murid mulai sibuk mengobrol dan bercanda. Lissy terlihat tidak sabar melihat anak baru itu. Danny agak malas menyambut anak baru itu, ya, walaupun ia penasaran juga seperti apa wujudnya.

Lalu, kelas mendadak hening. Ternyata, guru sudah datang. Tapi, ada yang aneh. Anak baru tersebut tidak datang bersamanya. Murid-murid yang lain pun terlihat bingung. Termasuk Lissy dan Danny.

"Kenapa kalian semua diam? Biasanya ketua kelas langsung memberi salam," Pak Rudi, guru Bahasa Indonesia, bertanya.

Lalu, ketua kelas langsung memberi aba-aba dan semua murid memberi salam. Tapi, mereka semua masih dalam keadaan heran. Tak ada yang berani bertanya kepada Pak Rudi, karena Pak Rudi agak galak.

Tapi, tiba-tiba, terdengar seorang perempuan bertanya, "Pak, bukannya kami kedatangan murid baru? Di mana orangnya?". Danny merasa mengenal suara itu. Sangat mengenal tepatnya. Semua menoleh ke arah datangnya suara itu, termasuk Danny. Ternyata perempuan itu Lissy. Danny tak menyangka Lissy berani bertanya seperti itu, dia cukup bisa dibilang cewek yang agak cuek.

"Ah, Bapak kira tidak akan ada yang bertanya tentang anak itu," kata Pak Rudi sambil tersenyum. Murid-murid tambah heran. Jarang sekali Pak Rudi ini tersenyum. "Dia hari ini tidak dapat masuk. Mungkin besok. Kalian sudah tidak sabar mendapat teman baru, ya? Sabarlah. Paling-paling besok dia masuk," Pak Rudi melanjutkan.

Murid-murid pun ber-oh ria. Sebagian terlihat kecewa. Dan yang kecewa itu adalah anak-anak perempuan. Lalu, pelajaran yang membosankan pun dilanjutkan.


***


Bel tanda pulang sekolah pun berbunyi. Murid-murid berhamburan keluar. Ada yang langsung pulang, ada juga yang masih bermain di area sekolah. Danny dan Lissy pulang telat karena mereka masih harus ekstrakurikuler dahulu.

Waktu sangat cepat berlalu, hingga waktunya mereka pulang. Mereka pulang bersama. Tapi, kali ini berbeda. "Ngg.. Lis..," kata Danny. "Ya?" Lissy menjawab. "Gue hari ini nggak ke rumah lo ya. Gue langsung pulang," kata Danny. "Loh? Emang kenapa? Lo sakit?" tanya Lissy bingung. "Iya nih. Kayaknya, gue nggak enak badan. Kecapekkan main basket mungkin," kata Danny. "Oh. Ya udah. Lo istirahat aja. Gue langsung ya. Bye," kata Lissy.

Tapi, tiba-tiba, Lissy berubah pikiran. "Dan!" panggil Lissy. Danny yang baru saja mau jalan, menoleh ke belakang dan menghampiri Lissy. "Kenapa, Lis?" tanya Danny. "Gue ikut ke rumah lo aja ya?" tanya Lissy. Danny menghela napas. "Nggak usah, Lis. Mending lo kerjain PR lo daripada besok lo dihukum," bujuk Danny. "Nggak! Sahabat yang lagi sakit lebih ngebutuhin gue daripada PR rese itu!" kata Lissy.

Lissy memang keras kepala, tipe orang yang nggak mau dibantah. Danny memang selalu kalah kalau beradu mulut dengan Lissy. Maka, Danny pun mengalah.

Dalam perjalanan menuju rumah Danny, mereka sama-sama diam. Tidak ada yang membuka pembicaraan sama sekali. Keheningan itu terus berlanjut sampai akhirnya Lissy membuka suara.

"Eh, Dan, gue nggak sabar deh besok. Pengen liat gitu anak barunya kayak gimana," kata Lissy. Danny tidak menjawab. Hanya berguman sedikit.

Ketika sampai di rumah Danny, Danny langsung istirahat di kamarnya. Lissy mengobrol dengan Mama Danny, Marry. Ya, kalau Danny lagi sibuk, Lissy pasti ngobrol dengan Mama Danny atau kadang-kadang bermain dengan Davin. Lissy dan Davin memang nggak terlalu dekat, tapi, siapa pun yang ngobrol dengan Lissy pasti akan merasa nyaman.

Karena Danny nggak keluar-keluar kamar, Lissy bosan sendirian. Mama Danny sibuk, sementara Davin pergi dengan teman-temannya. Lissy pun pamit pulang.

Sebenarnya, dari tadi siang, Danny tidak tidur. Ia memikirkan sesuatu. "Kenapa Lissy penasaran banget sih sama anak baru itu? Biasanya juga dia nggak pernah tertarik sama hal kayak begitu. Tapi, kenapa kali ini beda?" pikir Danny.

Danny terlihat sangat kacau sekarang. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk tidur. "Siapa tau bisa bikin gue tenang. Daripada gue stres gara-gara keantusiasan Lissy sama anak baru itu," pikirnya.

Pukul dua-belas malam, Danny baru bisa benar-benar terlelap.

***

Keesokkan harinya, Danny dibangunkan oleh Lissy. Danny agak kaget ketika melihat Lissy di rumah.

"Danny! Bangun! Ayo, nanti kita telat. Masa mau dihukum bareng-bareng?" bujuk Lissy. "Lissy?! Sejak kapan lo di sini? Dan sejak kapan lo jadi gantiin Mama buat bangunin gue?" tanya Danny bingung. "Udah, nanti gue ceritain. Mending sekarang lo mandi," kata Lissy.

Danny pun mandi dan bersiap-siap untuk berangkat. Mereka pun langsung pamit kepada orangtua Danny.

"Eh, Lis, gimana caranya lo tadi udah di rumah gue?" tanya Danny. "Ya, bisa dong. Apa sih yang gue nggak bisa?" jawab Lissy sambil menjulurkan lidahnya.

Danny pun tertawa melihat tingkah laku sahabatnya. Lalu, ia mengacak-ngacak rambut Lissy. "Aduh, Danny! Gue udah sisiran rapi gini, malah lo acak-acakkin. Rese ih!" kata Lissy kesal. "Emang, kenapa? Biasanya lo nggak pernah marah. Kok beda sekarang?" tanya Danny. "Kan entar ada anak baru. Masa dandanan gue ancur gara-gara lo?" kata Lissy. Danny terdiam. Sepertinya, sahabatnya ini memang sangat antusias dengan si anak baru itu.

***

Sama seperti kemarin, di kelas masih sibuk membicarakan anak baru itu. "Lama-lama aku bisa gila dengarin ocehan tentang anak baru itu," ucap Danny dalam hati.

Bel pun berdering. Murid-murid masuk ke kelas masing-masing. Bu Ami, guru Sejarah, masuk dengan seorang cowok.
"Sangat tampan,"
"Wah, dia tak kalah keren dari Danny!"
Begitulah kira-kira gumaman anak cewek di kelas itu.

"Anak-anak, hari ini, kita kedatangan murid baru. Michael, silakan perkenalkan dirimu," kata Bu Ami. Cowok itu berdeham sebentar, lalu mulai memperkenalkan diri. "Nama saya Michael Giovani. Panggil aja Mike. Saya pindahan dari Bandung. Itu aja," katanya sambil tersenyum.

"Nah, Mike, kamu bisa duduk di bangku kosong sebelah sana," kata Bu Ami. Mike pun menghampiri bangku kosong yang ditunjuk bu Ami tadi. Bangku kosong itu tepat berada di belakang Danny dan Lissy. Lissy terlihat senang, sedangkan Danny terlihat kesal.

Pelajaran yang membosankan tentang masa purba pun dimulai. Dan tibalah bel istirahat berbunyi. Wajah murid yang tadinya terlihat ngantuk, langsung kembali ceria. Semua murid yang sudah lapar, langsung berhamburan keluar kelas untuk ke kantin.

Lissy, biasanya dia langsung mengobrol dengan Danny. Tapi sekarang dia malah mengobrol dengan Mike. Danny terlihat kesal. "Lis, gue mau makan. Lo ikut nggak?" tanya Danny. "Aduh, gue lagi betah di sini. Lo beliin aja ya? Kayak biasa, Dan," pinta Lissy. "Ya udah. Gue ke kantin dulu," kata Danny.

"Tunggu, Dan. Eh, Mike, lo lapar nggak? Sekalian aja nitip sama Danny," tanya Lissy ke Mike. "Nggak usah. Gue belum lapar. Nanti aja istirahat kedua gue beli sendiri," kata Mike. "Ya udah. Nggak ada lagi kan, Lis?" tanya Danny tidak sabaran. "Nggak. Ya udah sana. Cepatan ya, Dan," kata Lissy menyunggingkan senyumnya. Danny pun langsung ngeloyor pergi.

"Jadi, kenapa lo pindah sekolah, Mike?" tanya Lissy. "Ya, biasalah, Papa gue ditugasin ke Jakarta. Jadilah gue di sini sekarang," jawab Mike. Lissy mengangguk-angguk.

"Oh iya, ya. Lo kan anak photographer terkenal itu kan?" kata Lissy antusias. "Ya. Tapi, gue beda banget sama Papa gue. Papa gue hobi motret, sementara gue? Hobi musik. Beda banget, ya?" ujar Mike. "Kan nggak harus sama, Mike. Mungkin, dunia lo sama Papa lo emang beda. Tapi, yang penting Papa lo nggak ngelarang itu kan?" tanya Lissy. "Emang nggak. Tapi, gue suka kesepian. Papa jarang di rumah. Lebih sering pergi-pergi. Kalaupun dia ada di rumah, paling-paling cuma buat tidur," kata Mike. "Sabar ya," kata Lissy sambil tersenyum. Mike membalas senyumnya.

Danny pun kembali. "Lis, ini makanannya. Makan sana," kata Danny. "Makasih ya, Dan. Lo emang sahabat gue paling oke!" kata Lissy.

Danny diam saja. Dia nggak ngomong sepatah katapun dengan Mike. Pulang sekolah, Lissy dan Danny sedang berjalan ke rumah Lissy. Lissy mengatakan sesuatu yang membuat Danny terkejut.

"Dan, gue ngerasa kasihan sama Mike. Dia kesepian gitu. Gue berpikir buat jadiin dia sahabat. Kayak gue sama lo. Gimana, Dan? Lo pasti setuju kan?" tanya Lissy hati-hati. "Apa?! Lo mau nambah anggota gitu maksudnya? Lo pikir nambah sahabat itu segampang kantor masukkin pegawai? Kantor aja masih perlu interview pegawai barunya," kata Danny sangat menunjukkan bahwa ia tidak setuju.

"Ayolah, Dan. Apa salahanya kita coba? Apa perlu kita interview dia dulu?" tanya Lissy sambil tertawa. "Maaf, gue cuma bercanda," kata Lissy. Danny memutar bola matanya. Dia tidak tega ngelihat Lissy kayak gini. "Ya udahlah. Terserah lo. Gue ikut aja," kata Danny menyerah. Lissy terlihat sangat senang.

***

Keesokkan harinya, Lissy langsung memberitahukan Mike bahwa, ia dan Danny ingin bersahabat dengan Mike. Danny ingin menambahkan bahwa yang ingin hanya Lissy. Ia melakukan ini semata-mata untuk melihat Lissy senang.

"Jadi, mulai sekarang, kita bertiga sahabatan ya!" kata Lissy. Danny dan Mike hanya tersenyum melihat tingkah Lissy.

By :
Free Blog Templates