Total Pageviews

23.12.10

Invisible :)

She can't see the way your eyes will light up when you smile
She never noticed how you stop and stare whenever she walks by
And you can't see me wanting you the way you want her
But you are everything to me

And I just want to show you, she don't even know you
She's never gonna love you like I want to
And you just see right through me but if you only knew me
We could be a beautiful miracle, unbelievable
Instead of just invisible, yeah

There's a fire inside of you that can't help but shine through
But she's never gonna see the light, no matter what you do
And all I think about is how to make you think of me
And everything that we could be

And I just want show you, she don't even know you
She's never gonna love you like I want to
And you just see right through me but if you only knew me
We could be a beautiful miracle, unbelievable
Instead of just invisible

Like shadows in the faded light, oh, we're invisible
I just wanna open your eyes and make you realize

And I just want to show you, she don't even know you
Baby, let me love you, let me want you
You just see right through me but if you only knew me
We could be a beautiful, miracle, unbelievable
Instead of just invisible, oh, yeah

She can't see the way your eyes will light up when you smile

Better Late Than Never!! :)

Ayunan :D

Love Hurts :(

In my life..
I learned how 2 be strong, happy, and work hard, but I didn't learn how 2 survive when u leave me here alone..

22.12.10

hancur :(

Just for Audry Nyonata :)

Coba2

21.12.10

Everlasting :)

Apakah Mimpi Bisa Jadi Kenyataan?

Suatu hari, mereka sedang berada di taman dekat rumah. Mereka duduk di ayunan, menikmati hari sore yang sejuk, karena sehabis hujan. Angin berhembus dengan tenang, membelai rambut mereka. Air-air hujan masih menggenang di jalanan dan rumput. Bau segar air masih sangat terasa.

Lissy melamun, sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu. Danny bingung dengan sikapnya. Nggak biasanya Lissy melamun seperti ini. Biasanya dia jadi cewek yang cukup cerewet.

"Lissy," panggil Danny. Dia belum menoleh juga. Masih terlarut dalam lamunannya. "Lissy!" panggil Danny sekali lagi. Akhirnya dia menoleh. "Ya. Kenapa, Dan?" tanyanya. "Lo kenapa? Ngelamun ya?" tanya Danny. "Nggg.. Enggak kok. Ngapain gue ngelamun? Apa coba yang musti dilamunin? Ya, kan?" jawab Lissy berbohong. "Jangan bohong dong. Kita sahabatan udah dari kecil," kata Danny. "Kalau lo belum mau cerita, ya udah nggak apa-apa. Gue bisa ngertiin kok. Tapi, kalo lo udah siap cerita, cerita ke gue, ya?" lanjut Danny. "Iya. Gue pasti cerita sama lo kalo udah siap. Tenang aja, Sahabatku," jawab Lissy..

Mereka terdiam. Lissy pun kembali melamun lagi. Akhirnya, Lissy mengajak Danny pulang. "Pulang yuk! Udah sore nih," katanya. "Kok tumben? Biasanya lo betah banget di sini. Gue ajakkin pulang pasti nolak kalau belum jam enam. Sekarang kan baru jam lima," jawab Danny. "Lagi malas aja gue. Bosan juga di sini nggak ngapa-ngapain," kata Lissy. "Ya udah. Ayo!" kata Danny. Mereka pun pulang ke rumahnya masin-masing.

***

Keesokkan harinya, di sekolah, Lissy masih juga melamun. Berkali-kali Danny menyadarkannya. Danny hanya bisa pasrah melihat Lissy yang seperti ini. Rasanya Lissy berubah.

Pulang sekolah, Danny main di rumah Lissy. Lissy minta diajarkan rumus fisika yang diberikan Pak Riki. "Lis, kalau lo ngelamun terus, gimana mau gue ajarin?" tanya Danny. "Eh, iya maaf. Lagi bingung nih gue," kata Lissy. "Iya, nggak apa-apa" jawab Danny

Tapi, Lissy tetap saja kembali melamun lagi. Danny sampai lelah. "Lis, daripada lo nggak konsen gini, mending kita singkirin dulu buku-buku ini. Terus lo cerita sama gue penyebab lo ngelamun mulu," kata Danny. "Lo penasaran banget ya?" kata Lissy sambil tertawa. "Lis, jangan bikin gue penasaran lah. Lo tau gue kan," jawab Danny. "Oke. Gue cerita nih. Tapi, janji dulu, lo jangan ketawa," kata Lissy. "Iya, iya. Udah cepatan. Lama deh," kata Danny nggak sabaran.

"Jadi, gue sempet mimpi ketemu sama cowok. Cakep. Dia kenal sama gue. Tapi gue enggak. Di mimpi itu, gue pacaran sama dia. Gue juga bingung, kok bisa-bisanya gue pacaran sama dia. Kenal aja nggak. Sampai sekarang, gue belom pernah mimpiin dia lagi," ceritanya.

"Wow. Gue bingung mau ngasih tanggapan apa. Lucu juga lo bisa pacaran sama orang yang lo juga nggak tau namanya, kayak gimana orangnya," kata Danny. Lissy cemberut mendengarkan tanggapan itu. "Tanggapan lo kok gitu banget sih?" tanya Lissy. "Iya. Sori-sori." kata Danny dengan raut wajah menyesal.

"Eh, menurut lo mimpi gue itu bisa jadi kenyataan nggak?" tanya Lissy tiba-tiba. Danny terlihat bingung mau menjawab apa. "Hm? Gue juga nggak tau. Ada yang bilang bisa, ada yang bilang nggak. Gue sendiri belum pernah ngalamin mimpi gue jadi kenyataan," jawab Danny. Lissy hanya menggangguk-angguk ria.

"Emang lo berharap itu jadi kenyataan?" tanya Danny hati-hati. Lissy menoleh. Ia terlihat kaget dengan pertanyaan yang diajukan Danny. Tapi, akhirnya ia menjawab sambil tersenyum, "Ya, kenapa nggak? Mungkin aja tuh cowok jodoh gue."

Danny terlihat sedikit kecewa. Tapi, ia buru-buru menghapus raut wajah itu. "Ya, gue doain semoga mimpi lo itu jadi kenyataan, Lis," ucap Danny agak berat. "Makasih, Dan. Lo emang sahabat gue yang paling baik," kata Lissy sambil tersenyum. Senyuman paling manis yang pernah Danny lihat.

Danny balas tersenyum. Ya, mungkin memang bukan senyuman manis yang pernah Lissy liat. Tapi, itulah senyuman dari sahabat yang mencintainya. "Ya udah, gue pulang dulu ya. Udah sore nih. Bye," kata Danny sambil melambaikan tangan.

"Yah. Lo nggak mau makan di sini dulu?" tanya Lissy. "Nggak usah. Gue makandi rumah aja. Kasian Mama udah masak, masa gue nggak makan?" jawab Danny. "Oh. Ya udah. Bye," kata Lissy sedikit kecewa.

Danny pun pamit ke orangtua Lissy. Lalu, ia naik sepedanya dan pulang ke rumah. Dalam perjalanannya itu, ia terus memikirkan cerita Lissy tentang mimpinya.

"Bagaimana jika itu benar-benar terjadi? Bagaimana dengan perasaan gue? Apa gue akan rela kalau Lissy jadian sama cowok lain?" pikir Danny. Danny pun tidak tahu jawabannya.

Tapi, mana mungkin mimpi seperti itu akan menjadi kenyataan? Mimpi hanyalah bunga tidur.


20.12.10

Everlasting

Persahabatan


Sejak saat itu, Lissy dan Danny mulai bersahabat. Mereka bermain bersama setiap sore. Mereka juga pergi dan pulang sekolah bersama. Kadang-kadang, Danny suka makan di rumah Lissy. Dan juga sebaliknya. Danny juga membantunya dalam mengerjakan PR. Danny memang lebih pintar dari pada Lissy.

Sampai mereka kelas SMA 1 sekarang, mereka pun masih bersahabat. Dari SD, SMP, hingga SMA, mereka selalu satu sekolah. Mereka tidak terlalu dekat dengan teman-temannya yang lain. Danny lebih banyak menghabiskan waktu dengan Lissy. Begitu juga dengan Lissy. Saat istirahat pun, mereka selalu makan bersama.

Mereka berdua, Danny dan Lissy, sangat populer. Lissy sangat cantik dan ia juga kapten cheerleader. Banyak yang menyukainya. Tapi, sampai sekarang, ia belum pernah dekat dengan cowok manapun, selain Danny, tentunya. Danny juga punya banyak penggemar, karena ia kapten basket. Dan, ya, sama seperti Lissy, ia juga belum pernah dekat dengen cewek mana pun. Dari yang biasa saja sampai yang lebih cantik dari Lissy pun. Ia sama sekali tidak tertarik. .

Sempat ada gosip yang bilang bahwa mereka pacaran. Mereka diam saja, tidak mau menanggapi gosip murahan seperti itu. Dan pada akhirnya, gosip itu pun memudar. Cowok yang naksir sama Lissy dan cewek yang naksir sama Danny, semuanya, gigit jari. Nggak ada satu pun yang berhasil pacaran dengan mereka.

Lissy mempunyai seorang adik perempuan yang masih duduk di kelas SMP 1 namanya Livi. Livi dan Lissy sangat dekat. Mereka sering saling curhat. Kadang, Livi jauh lebih dewasa dibanding kakaknya. Tapi, Lissy jauh lebih periang daripada Livi.

Danny dan Lissy jarang bermain dengan Livi. Livi lebih sering pergi dengan teman-teman sekolah sebayanya ke mall atau sekedar nongkrong di café

Danny juga mempunyai seorang adik laki-laki yang sebaya dengan Livi, adik Lissy. Namanya Davin. Davin sekelas dengan Livi. Mereka memang nggak dekat seperti Danny dan Lissy. Tapi, mereka cukup sering mengobrol. Jadi, kalau mereka berempat lagi ngumpul bareng, Davin dan Livi tidak bosan mendengarkan obrolan Lissy dan Danny.

Danny nggak pernah nyangka bakal sahabatan sama anak cewek. Tapi, Lissy beda. Maka, Danny pun nyaman untuk sahabatan dengannya. Lissy pun juga sama. Dulu, ketika mereka masih kelas SMP 2, mereka pernah berjanji untuk bersahabat selamanya.

Pada sore itu, mereka berdua, Danny dan Lissy, sedang berbaring di atas rerumputan, menatap langit. Tiba-tiba, Lissy berkata, "Lo harus janji satu hal sama gue," Danny menatapnya bingung. "Janji apa?" tanya Danny. "Lo bakal tetap jadi sahabat gue apa pun yang terjadi. Mau nggak lo janji itu?" tanya Lissy. "Tentu aja gue bakal jadi sahabat lo terus. Nggak ada yang bisa misahin persahabatan kita berdua," jawabku. "Janji ya?" tanyanya sambil menaikkan jari kelingkingnya. "Iya, gue janji," kataku sambil menaikkan jari kelingkingku juga.


Rasanya aneh ketika Lissy bertanya seperti itu. Tapi, Danny nggak peduli. Ia tulus berjanji, karena ia juga ingin Lissy menjadi sahabatnya selamanya. Tapi, ada sesuatu dari Danny yang ia belum sadari.

Tapi, kejadian itu telah berlangsung lama. Ketika mereka berjanji, mereka belum mengenal yang namanya cinta. Mungkin, pada saat itu, mereka memang saling menyayangi sebagai seorang sahabat. Tapi, bagaimana kalau perasaan itu lama-lama berubah?

***

Ketika mereka masuk SMA, Danny mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Nggak seperti biasanya. Lama-kelamaan, ia pun menyadarinya. Ia telah jatuh cinta dengan Lissy.

Tapi, ia ingat bahwa ia sudah berjanji kepada Lissy, mereka tidak akan lebih dari seorang sahabat. "Apa yang harus gue lakuin? Bilang ke Lissy atau lebih baik dia nggak usah tahu? Kalau gue bilang ke Lissy, apa reaksinya? Marah? Senang? Kalau gue pendam, sama aja gue ngebohongin diri gue sendiri. Ah, gue bingung," Kata Danny dalam hati.

"Ya! Lebih baik gue nggak usah bilang ke Lissy. Biar kita berdua jadi sahabat aja. Nggal lebih nggak kurang. Daripada gue ambil resiko dia bakal marah dan nggak mau temenan lagi sama gue," kata Danny kepada dirinya sendiri.

Dan, selama ini Danny telah berhasil menutupinya dari Lissy. Mereka belum berubah. Mereka tetap menjadi sahabat. Lissy pun sama sekali tidak menyadari perasaan Danny.

You're Not Sorry

One of my favorite song from Taylor Swift ;)

All this time I was wasting
Hoping you would come around
I've been giving out chances every time
And all you do is let me down

And it's taking me this long
Baby but I figured you out
And you're thinking we'll be fine again
But not this time around

You don't have to call anymore
I won't pick up the phone
This is the last straw
Don't wanna hurt anymore

And you can tell me that you're sorry
But I don't believe you baby
Like I did before
You're not sorry, no, no, no, no

Looking so innocent
I might believe you if I didn't know
Could've loved you all my life
If you hadn't left me waiting in the cold

And you got your share of secrets
And I'm tired of being last to know
And now you're asking me to listen
Cause it's worked each time before

But you don't have to call anymore
I won't pick up the phone
This is the last straw
Don't wanna hurt anymore

And you can tell me that you're sorry
But I don't believe you baby
Like I did before
You're not sorry, no, no, oh
You're not sorry, no, no, oh

You had me falling for you honey
And it never would've gone away, no
You used to shine so bright
But I watched all of it fade

So you don't have to call anymore
I won't pick up the phone
This is the last straw
There's nothing left to beg for

And you can tell me that you're sorry
But I don't believe you baby
Like I did before
You're not sorry, no, no, oh
You're not sorry, no, no, oh
No, oh, no, oh, no oh
Whoa, no, no

16.12.10

Everlasting

 Pertemuan Pertama

Dari kecil, mereka selalu bersama. Dalam suka maupun duka, mereka tetap bersama.Mereka tak pernah terpisahkan, walaupun memiliki banyak perbedaan. Tapi, justeru perbedaan itulah yang membuat mereka bersatu. Takdir. Mungkin dapat dikatakan begitu. Tuhan telah menakdirkan mereka untuk saling mengenal, saling mengerti, saling membantu, saling melengkapi satu sama lain, dan saling menyayangi.

Danny pertama kali mengenalnya ketika Mama Danny mengajaknya pergi ke rumah temannya, Rosa.. Rumahnya ternyata hanya berbeda satu gang dengan rumah Danny.


Sampai di rumah Rosa, Danny bingung mau ngapain. Untung saja, ia membawa mobil-mobilannya. Kalau tidak, ia bisa mati kebosanan.


Tapi, lama-lama ia bosan juga dengan mainannya itu. Ia agak menyesal, kenapa tidak membawa mobil-mobilan lebih banyak.


"Kamu bosan ya, sayang?" Mama Danny bertanya kepada Danny. "Iya, Ma. Aku nyesel nggak bawa banyak mainan," jawab Danny. "Ros, anakmu ada di rumah?" tanya Mama Danny kepada temannya itu. "Ada. Dia lagi main di taman belakang kayaknya. Coba aja yuk kita lihat," jawab Rosa.


Di sana ada seorang gadis kecil. Dia sedang bermain boneka barbie sambil duduk manis. "Nah, itu dia," kata Rosa sambil menunjuk gadis kecil itu. "Danny, kamu main di sini dulu aja. Daripada kamu bosan di dalam mendengarkan ocehan Mama dan Tante Rosa," kata Mama Danny sambil tertawa. "Iya, Ma," jawab Danny.

"Lissy," Tante Rosa memanggil anaknya. "Oh, jadi, namanya Lissy. Hmm.. Nama yang bagus," kata Danny dalam hati. "Ya, Ma. Kenapa? Wah, ada Tante Marry!" kata gadis kecil yang bernama Lissy itu. Mama Danny hanya tersenyum dan menjawab, "Halo, Lissy sayang." "Halo, Tante Marry. Udah lama Tante nggak kesini. Lissy kangen," sapa Lissy ramah.

"Lissy, ini anak Tante. Namanya Danny," kata Marry memperkenalkan putranya."Oh, hai! Senang berkenalan denganmu," katanya sambil mengulurkan tangan untuk berkenalan. Danny masih bengong, sampai akhirnya Mamanya memanggilnya. "Eh, iya. Senang berkenalan denganmu, juga," kata Danny sambil membalas uluran tangan tersebut.


"Nah, Mama dan Tante Marry balik ke ruang tamu ya. Danny, kamu main aja sama Lissy. Oke?" tanya Rosa. "Ya, Tante," jawab Danny.

Mereka terdiam. Sama-sama tidak ada yang memulai percakapan. Lissy melanjutkan bermain barbie, sementara Danny melanjutkan main mobil-mobilan. Tapi, Danny sudah kebosanan dari tadi main mobil-mobilan. Danny menyingkirkan mainannya dan akhirnya ia memberanikan diri untuk memulai percakapan.

"Lissy, kamu umur berapa?" tanya Danny, bingung ingin berbicara apa. Lissy menoleh. Lissy pun berhenti bermain. "Kukira kamu tidak akan memulai percakapan," kata Lissy, tidak menjawab pertanyaan yang diajukan Danny. Lalu, Lissy tersenyum. Danny sedikit bingung dan kaget. "Sekarang, umurku 10 tahun. Kalau kamu?" tanyanya balik. "Aku juga sama. Wah, ternyata kita seumuran," kata Danny.

"Aku masih bingung kenapa kamu bilang 'Kukira kamu tidak akan memulai percakapan'. Maksudnya apa?" tanya Danny dengan wajah polosnya. Lissy tersenyum. "Biasanya, cowok yang memulai percakapan duluan. Ya, walaupun, ada juga cewek yang memulai duluan," jawabnya. "Oh, begitu," kata Danny mulai mengerti.

"Kamu sekolah di mana, Dan?" tanya Lissy. "Mungkin nanti aku akan satu sekolah denganmu," jawab Danny. "Wah, kita bakal satu sekolahan! Aku bakal punya teman!" Lissy berkata. Wajahnya sangat gembira. Danny bingung kenapa ia segembira itu. "Memang kamu tidak punya teman di sekolah?" tanya Danny hati-hati, takut menyinggung perasaan Lissy.

Lissy hanya tersenyum, lama. Lalu, akhirnya ia menjawab, "Di sekolah, aku nggak punya teman. Mereka menjauhiku hanya karena satu anak perempuan menyebalkan. Nanti, kalau kamu masuk sekolah, jangan terpengaruh anak perempuan itu ya." kata Lissy. Raut muka Lissy agak sedih.

"Iya. Tenang aja. Aku nggak akan percaya sebelum mengetahui sendiri yang sebenarnya," kata Danny. Lissy pun tersenyum. "Makasih," kata Lissy.

Danny bingung. "Makasih? Buat apa?" tanya Danny. "Karena kamu mau jadi teman aku," jawab Lissy. "Ah, itu udah kewajiban aku," jawab Danny sambil tersenyum.

"Eh, Danny, aku mau tanya sesuatu. Boleh?" izin Lissy. "Tentu aja. Mau nanya apa?" tanya Danny. "Ngg.. Apa enaknya sih main mobil-mobilan?" tanya Lissy. "Enaknya ya? Aduh, aku juga nggak tau apa enaknya. Belom pernah aku makan sih," jawab Danny sambil tertawa. Lissy pun ikut tertawa. "Maksudku bukan itu," kata Lissy setelah berhasil menghentikan tawanya. "Iya, iya. Aku ngerti kok. Aku cuma mau iseng aja," jawab Danny sambil tersenyum. "Kamu orangnya iseng ya. Udah ah. Jawab dong pertanyaanku. Aku penasaran," kata Lissy.. "Asiknya tuh pas ngeliat mobil itu berjalan, juga model-modelnya yang keren. Suaranya juga menambah keunikkannya," jawab Danny. "Oh. Begitu ya. Sekarang aku ngerti kenapa anak cowok suka banget main mobil-mobilan," kata Lissy.
  
"Sekarang gantian aku yang tanya," kata Danny secara spontan. Lissy menatap Danny dengan raut wajah bingung. "Kamu mau nanya apa?" tanya Lissy. "Hmm.. Kan tadi kamu nanya apa enaknya main mobil-mobilan, sekarang gantian aku yang tanya, apa enaknya main boneka barbie? Mereka kan gk bisa bergerak atau pun bersuara," tanya Danny. Lissy mengernyitkan dahi. "Aku nggak tau enaknya dimana. Yang pasti, kalau udah main aku ngerasa seneng. Asik aja, gitu," jawabnya.
    
Tak terasa sudah satu jam Danny di sana. Marry pun memanggil anaknya untuk pulang. Danny pun pamit kepada Lissy. "Lis, aku pulang dulu ya. Kapan-kapan kita main lagi. Kalau bisa setiap sore aku akan ke rumahmu. Rumah kita kan dekat," kata Danny. "Iya. Kamu boleh datang setiap hari ke sini. Lalu, kita main bersama. Aku ingin mencoba bermain mobil-mobilanmu, boleh nggak?" tanya Lissy sambil nyengir. "Tentu aja boleh. Aku pergi dulu ya. Bye." kata danny sambil melambaikan tangan. Lissy pun  tersenyum dan melambaikan tangannya.

***

Di perjalanan pulang, Danny bertanya kepada Mamanya. "Ma, boleh nggak kalau setiap sore aku main ke rumah Lissy?" tanyaku. "Tentu saja boleh, Sayang. Tapi, kamu harus menyelesaikan PR kamu dulu. Jangan lupa pulangnya nggak boleh malam-malam." kata Mama Danny sambil tersenyum. "Tenang aja, Ma. Aku pasti ngerjain PR sebelum main dan aku nggak bakal sampai lupa waktu. Makasih ya, Ma." kata Danny. "Iya, Sayang." jawab Mama Danny masih tersenyum.

Danny dan Lissy sangat senang hari ini. Mereka tidak sabar menunggu hari esok untuk bermain lagi.

Lalalala

Breathe
by : Taylor Swift

I see your face in my mind as I drive away
'Cause none of us thought it was gonna end that way
People are people and sometimes we change our minds
But it's killing me to see you go after all this time

Hmm.. Hmm.. Hmm..
Hmm.. Hmm.. Hmm..

Music starts playin' like the end of a sad movie
It's the kinda ending you don't really wanna see
'Cause it's tragedy and it'll bring you down
Now I don't know what to be without you around

And we know it's never simple, never easy
Never a clean break, no one here to save me
You're the only thing I know like the back of my hand

And I can't breathe
Without you, but I have to
Breathe
Without you, but I have to

Never wanted this, never wanted to see you hurt
Every little bump in the roadI tried to swerve
People are people and sometimes it doesn't work out
Nothing we say is gonna save us from the fall out

And we know it's never simple, never easy
Never a clean break, no one here to save me
You're the only thing I know like the back of my hand

And I can't breathe
Without you, but I have to
Breathe
Without you, but I have to

It's two a.m., feelin' like I just lost a friend
Hope you know it's not easy, easy for me
It's two a.m., feelin' like I just lost a friend
Hope you know it's not easy, easy for me

And we know it's never simple never easy
Never a clean break, no one here to save me, oh

I can't breathe
Without you, but I have to
Breathe
Without you, but I have to
Breathe
Without you, but I have to

Sorry, sorry, sorry, sorry, sorry, sorry, sorry